~Sepertiga malam yang awal~
Azka memeluk qur-annya erat. Ia berbisik dalam tunduknya, “Allaahummarhamni bil qur-aan… Allaahummarhamni bil qur-aan…”
Kemudian ia bersujud.
Bangkit dari sujudnya, ia menyingkap gorden kamarnya.
Matanya membulat melihat keindahan di luar, meski didominasi oleh kegelapan. Ia tetap bisa melihat bunga alamanda kuning dan merah yang rimbun di luar jendela kamarnya. Dan meski dedaunan alamanda itu menutupi sebagian besar pandangannya, ia tetap dapat memandangi langit yang tak berbintang. Subhanallaah…
Ayat-ayat Allah tentang langit tiba-tiba terngiang di kepalanya.
“idzassamaaa-un fatharat…”
”idzassamaaa-un syaqqat…”
Apabila langit terbelah…
Pikirannya kemudian memutar video nyata tentang yang dialaminya siang tadi.
Wahai… wahai… betapa senangnya ia tadi siang, ketika menjumpai saudarinya yang telah lama absen dalam lingkaran malaikat, kini hadir dengan secercah senyuman. Alhamdulillaah… Allah Maha Mengabulkan doa hamba-hambaNya.
Azka sangat merindukan hal ini sejak lama.
Maka Azka selalu menyertakan nama saudarinya dalam doa-doa panjangnya. Ia menyebut nama saudarinya itu dalam dzikirnya, dalam waktu luang hatinya.
Dan Allah mengabulkan doanya.
Maha Suci Allah, sungguh janjiNya pasti ditepati.
Air matanya menitik. Ada kelegaan luar biasa setelahnya.
Kemudian ia mengirim senyum ke atas langit. Semoga sampai, doanya dalam hati.