bismillaahirrahmaanirrahiim...
blog-ku, lama tak bersua. banyak yang sudah saya persiapkan untuk saya tulis di sini lho, tapi masih banyak juga yang setengah jadi, belom siap terbit (halah). mau ngelanjutin, adaa aja yang harus dikerjain. *bukan sebuah keluhan, sungguh eza sedang belajar mencintai apa yang eza kerjakan, dengan tulus*
dua hari yang lalu, jatuh sakit. alhamdulillah malam ini sudah pulih, tinggal batuknya, insyaaAllah.
hm, sedikit bercerita tentang smester dua. flashback dua minggu ke belakang yuk...
*lagi semangat mempelajari tumbuhan! walaupun dari dulu memang berminat ke arah hewani, namun acara pelantikan Canopy yang belum sebulan yang lalu saya ikuti berdampak besar pada kehidupan dan paradigma saya terhadap tumbuhan! eza yang sekarang jadi 'aneh' di mata teman-teman, karena kalo lagi jalan bareng, terkadang ketika sambil membicarakan sesuatu di jalan, dengan tiba-tiba saya memotong pembicaraan (ga sopan), menunjuk ke arah suatu tumbuhan, kemudian berujar,
"iih... Mimosa pudica... flora favoritku nih! subhanallaah..."
"yang ini namanya lili macan! walaupun bentuknya agak-agak kaya' anggrek...", atauu,
"kalo alamanda ini buahnya lucu, kaya' rambutan tapi tajam2. punya ni di rumah, dulu aku kira ini tuh satu spesies sama makanannya Owa Jawa (castanopsis)...", aatauuu,
"nih sawo duren! keren kan? permukaanya ijo, tapi bagian bawahnya emas. tinggal dikerik lalu dipadatkan trus dijual deh. kaya mendadak dari sawo duren!"
maaf kalau saya berlebihan. ehem, lanjut.
*pekan awal, karena rata-rata perkuliahan masih perkenalan, masih banyak waktu luang. maka undangan untuk syuropun berdatangan...
*pinjam-pinjam buku dari perpus. hm,, aktivitas ngoprek perpus ternyata seru juga. tapi saya nggak mau jadi manusia perpus. hii, serem amat.
*AMMII 08 mengadakan acara Elapsed Valentine's Secrets. subhanallah, two thumbs up bwt kerja okenya!
*perkuliahan di mulai... semakin ngoprek di perpuslah saya. jadi manusia perpus beneran deh.
*ke limalapan... karisma yang menyatukan...lingkaran malaikat (menanti dede baru nih, teman-teman! hayo, jangan dijadiin mainan baru rame-rame! XD)
*nginep untuk menuntaskan laporan genetika-ku...
*jatuh sakit. tapi alhamdulillah banget, sakitnya cuma dua hari. ya Allah, alhamdulillah.. alhamdulillah...
kalau ada yang mendendangkan sebuah bait ini,
"ucapkan matahariku, puisi tentang hidupku, tentangku yang tak mampu menaklukkan waktu..."
yakinlah bahwa kata-kata di atas tidaklah pantas keluar dari lisan-lisan pemenang seperti kita. yakinlah bahwa bukan kita yang diatur oleh agenda, tapi kita yang mengatur agenda. yakinkanlah diri kita bahwa bukan kita yang memiliki masalah besar, tapi kita memiliki Allah Yang Maha Besar!
*jangan bersusah ketika pekerjaan belum selesai, karena pekerjaan orang-orang besar memang tidak akan pernah habis! tapi ingat, selalu ada jalan keluar dan Allah sangat dekat di hati*
ok! these are my first two weeks! keep hamasah, gempur smester dua!
mari terbiasa hidup dalam kemenangan!!!
(ya Allah, niat nulis cuma dikit, jadinya segini panjang. dasar eza, kebiasaan ni...)
~alhamdulillaahirabbil 'aalamiin... =)
[sebuah peringatan, terlebih untuk diri penulis sendiri.
tak pernah bosan. ini sebuah peringatan.]
Muharram, 1430 Hijriyah
Faith of Mafaza, Keyakinan Akan Sebuah Kemenangan
Mafaza. Kata ini adalah sebuah kemutlakan yang dijanjikan oleh Allah untuk menjadi predikat bagi Al-Muttaqin.
“Sesungguhnya bagi orang-orang bertaqwa ialah Mafaza (Kemenangan).” (QS. An Nabaa’:31)
Ada sebuah frasa menarik tentang hidup. Ia berbunyi, “Hiduplah untuk Maha Hidup”. Saya membuat dua definisi berbeda tentang ini. Pertama, hiduplah untuk Yang Maha Hidup. Jika kita menjadikan seluruh kehidupan kita untuk Yang Maha Hidup, maka tidak akan ada kekhawatiran, apalagi kekecewaan di sana. Karena hanya Yang Maha Hiduplah yang kita tuju. Karena hanya Yang Maha Hiduplah yang kita harapkan. Jika menaruh harapan pada manusia sangat mungkin berujung kekecewaan, maka menaruh harapan penuh kepadaNya adalah kunci kebahagiaan. Betapa bahagia, betapa indah jika hidup kita bisa kita persembahkan kepada Allah. Perhatikan, ada siratan halus tentang ikhlas di sana. Hidup untuk Yang Maha Hidup, berarti memenuhi janji yang selalu kita ikrarkan pada setiap tegak kita di lima waktu.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’aam:162)
Definisi kedua, yaitu hiduplah untuk maha hidup kita. Maha hidup kita (kehidupan abadi) di negeri akhirat sana. Dengan ini, insyaa Allah kita akan terpacu untuk selalu menjadikan kehidupan kita adalah kehidupan terbaik, yaitu mempersiapkan kematian terbaik. Kematian yang ketika dijemputnya, ada bisikan lembut di telinga,
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.” (QS. Al Fajr: 27-30)
Ya, Faith of Mafaza. Keyakinan akan sebuah kemenangan. Kemenangan karena kita hidup untuk Yang Maha Hidup. Kemenangan karena kita mempersiapkan yang terbaik untuk maha hidup kita.
Sebagai tambahan, atas air mata duka Palestina yang menjadi duka kita semua. Keyakinan akan sebuah kemenangan itu akan selalu ada, wahai ikhwahfillah. Allah pasti memberikan kemenangan yang agung bagi bumi AL Quds. Saat ini, Allah tengah memberi penangguhan bagi musuh-musuh kita. Maka tunggulah barang sebetar. Tunggulah waktu kemenangan kita yang tak lama lagi.
Mafaza. Kata ini adalah sebuah kemutlakan yang dijanjikan oleh Allah untuk menjadi predikat bagi Al-Muttaqin.
“Sesungguhnya bagi orang-orang bertaqwa ialah Mafaza (Kemenangan).” (QS. An Nabaa’:31)
Ada sebuah frasa menarik tentang hidup. Ia berbunyi, “Hiduplah untuk Maha Hidup”. Saya membuat dua definisi berbeda tentang ini. Pertama, hiduplah untuk Yang Maha Hidup. Jika kita menjadikan seluruh kehidupan kita untuk Yang Maha Hidup, maka tidak akan ada kekhawatiran, apalagi kekecewaan di sana. Karena hanya Yang Maha Hiduplah yang kita tuju. Karena hanya Yang Maha Hiduplah yang kita harapkan. Jika menaruh harapan pada manusia sangat mungkin berujung kekecewaan, maka menaruh harapan penuh kepadaNya adalah kunci kebahagiaan. Betapa bahagia, betapa indah jika hidup kita bisa kita persembahkan kepada Allah. Perhatikan, ada siratan halus tentang ikhlas di sana. Hidup untuk Yang Maha Hidup, berarti memenuhi janji yang selalu kita ikrarkan pada setiap tegak kita di lima waktu.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’aam:162)
Definisi kedua, yaitu hiduplah untuk maha hidup kita. Maha hidup kita (kehidupan abadi) di negeri akhirat sana. Dengan ini, insyaa Allah kita akan terpacu untuk selalu menjadikan kehidupan kita adalah kehidupan terbaik, yaitu mempersiapkan kematian terbaik. Kematian yang ketika dijemputnya, ada bisikan lembut di telinga,
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.” (QS. Al Fajr: 27-30)
Ya, Faith of Mafaza. Keyakinan akan sebuah kemenangan. Kemenangan karena kita hidup untuk Yang Maha Hidup. Kemenangan karena kita mempersiapkan yang terbaik untuk maha hidup kita.
Sebagai tambahan, atas air mata duka Palestina yang menjadi duka kita semua. Keyakinan akan sebuah kemenangan itu akan selalu ada, wahai ikhwahfillah. Allah pasti memberikan kemenangan yang agung bagi bumi AL Quds. Saat ini, Allah tengah memberi penangguhan bagi musuh-musuh kita. Maka tunggulah barang sebetar. Tunggulah waktu kemenangan kita yang tak lama lagi.
21 February 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment